Banyak dampak buruk akibat riba yang dijelaskan
oleh para ekonom Muslim dan non Muslim terhadap ekonomi, di antaranya :
1.
Riba merusak sumber daya manusia
Ar Razy (wafat pada tahun 606 Hijiriah) dalam tafsirnya menjelaskan
bagaimana peranan riba menciptakan manusia yang malas bekerja dan takut
mengambil resiko untuk mengembangkan hartanya. Ia berkata, “Allh telah
mengaharamkan riba karena itu menghalanagi manusia untuk giat berusaha, seorang
pemilik dirham bila yakin akan meraih laba dari akad riba dengan cara
meminjamkan uang ke pihak lain tanpa harus mengeluarkan keringat dan tanpa menuai
kerugian, tentu dia tidak akan mau bekerja yang belum tentu akan mendapat aba
dan mungkin yang terjadi sebaliknya, ia malah akan menderita kerugian.
Hal ini yang pada akhirnya, akan menyebabkan terhalanginya kemaslahatan
umat manusia. Karena kemaslahatan dunia tidak akan berjalan dengan baik tanpa
perdagangan, kerja dan pembangunan.[ Ar Razi, Mafatih al Ghaib, jilid 2, hal
358]
2.
Riba merupakan penyebab utama terjadinya inflasi
Penyebab utama inflasi adalah riba, karena produsen yang mendapatkan
modal dari pinjaman berbungan pasti akan menambahkan bunga yang harus
dibayarknya kepada debitur ke dalam harga barang produksinya. Jadi harga jual
barang yang dinamakan cost-push inflation (inflasi yang disebabkan oleh
dorongan biaya produksi)
Dan bila suku bunga turun maka permintaan kredit menjadi tinggi.
Bank-bank pemberi kredit memberikan kredit jauh lebih besar dari fisik uang
yang mereka miliki. Maka bila jumlah uang lebih banyak dari uang yang semetinya
terjadilaha inflasi yang dinamakan demand
3.
Riba menghambat lajunya oertumbuhan ekonomi
Jhon Maynard Keynes, seorang ekonom ternama menyimpulkan bahwa riba
merupakan penghalang utama kemajuan gerak ekonomi. Ia berkata bahwa suku bunga
menghambat pertumbuhan ekonomi, karena suku bunga menghalangi lajunya gerak modal
menuju kebebasan. Jika suka bunga mungkin dihapuskan maka modal akan bergerak
laju dan tumbuh dengan cepat. [Dr. Sulaiman Al Asyqar, Qodhaya Fiqhiyyah
Muashirah, Jilid 2, hal 65]
4.
Riba menciptakan kesenjangan sosial
Dr. Schacht Hjalmar, seorang ekonom Jerman yang pernah menjabat sebagai
direktur di bank Reichs, pernah berujar dalam pidatonya di Syria, “Berdasarkan
hitungan matematika bahwa harta di dunia akan dikuasai oleh segelintir orang
pemberi modal dalam bentuk riba. Karena ia tidak akan pernah mengalami kerugian
dan sebaliknya si penerima pinjaman dihadapkan kepada kenyataan untung-rugi” [Ibid]
Kesenjangan sosial diberantas oleh Islam dengan penerapan zakat dan
pelarangan riba. Karena Islam menginginkan harta yang merupakan karunia Allah
selayaknya dinikmati oleh sebanyak mungkin umat manusia. Saat menjelaskan
pembagian rampasan perang Allah menyebutkan hikmahnya yaitu keadilan sosial
dimana harta berbedar di segenap lapisan umat.
Allah berfirman :
مَا أَفَاءَ
اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي
الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ
دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا
آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا
اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S Al Hasyr : 7)
5.
Riba faktor utama terjadinya krisis ekonomi
global
Dalam buku “Krisis Ekonomi Global dan Solusi Ekonomi Islam” dijelaskan
bahwa faktor utama penyebab krisis adalah riba. [Dr. Samir Kantakji, Al Azmah
Al Maliyah Al Alamiyah, hal 34].
Sebagaimana dimaklumi bahwa suku bunga bank tidak tetap, naik-turun
seiring dengan naik-turunnya suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral. Pada
awal tahun 2006, terjadi perubahan drastis dimana suku bunga bank naik sedangkan
harga properti menurun.
Maka para kreditur tidak memiliki pilihan selalu menghentikan angsuran
kredit karena angsuran yang harus mereka bayar begitu besar disebabkan naiknya
suku bunga bank, juga tidak senilai dengan harga properti yang mereka beli disebabkan
menurunnya harga properti. Maka terjadilah kredit macet. Dengan terjadinya
kredit macet, institusi keungan Amerika menjadi lumpuh sehingga beberapa bank
mengumumkan jatuh pailit. Itulah penyebab awal terjadinya krisis ekonomi
global.
Akibat dari jatuhnya institusi keuangan tersebut berdampak pada kinerja
saham Amerika di bursa saham yang terjun bebas, sehingga dampaknya juga ke
indeks bursa saham Amerika (DJIA), karena institusi keuangan memiliki
kapitalisasi pasar yang cukup berarti. Akhirnya investor-investor mulai menarik
dananya dari bursa, sehingga kejatuhan indeks bursa semakin parah.
Penarikan dana juga dilakukan di bursa-bursa global, karena umumnya pihak
asing juga memiliki banyak dana di bursa asing (termasuk di Indonesia). Inilah
sebabnya dampak kejatuhan bursa di Amerika juga mengimbas ke bursa-bursa di
seluruh dunia.
Untuk mengetahui bahwa riba adalah faktor utama terjadinya krisis ekonomi
global, juga bisa dilihat dari tindakan yang diambil oleh bank sentral Amerika
untuk menghadapi krisis kredit perumahan dengan menurunkan suku bunga hingga
mencapai 1% untuk meredam ketatnya likuiditas. Dengan demikian, mereka hanya
bermain dengan menurunkan dan menaikkan suku bunga/riba. [Dilihat dari
wawancara majalah Al Bayan No. 225, edisi Zulqa’dah 1429 H bersama Dr. Muhammad
Al Ushaimi direktur Dewan Syariah, Bank Al Bilad, Arab Saudi]
-Diambil dari
buku Harta Haram Muamalat Kontemporer, cetakan ke-12 karangan Dr. Erwandi
Tarmizi, MA (pakar Fiqh Muamalat Kontemporer)-